Serangkaian kegiatan Santapan Rohani di Bulan Suci Ramadhan 1440 H resmi ditutup Asisten I Sekda, Sugeng Widodo, SH. Santapan Rohani di Jumat terakhir pada Bulan Ramadhan 1440 H ini di isi dengan tausiyah dari KH. Ihsan Permadi, Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Kecamatan Pule, Jumat (31/5). Turut hadir ratusan ASN di lingkungan Pemerintah Kabupaten Trenggalek mengikuti tausiyah Santapan Rohani pada Jumat mulia di Pendhapa Manggala Praja Nugraha.
Asisten I Sekda, Sugeng Widodo, SH. dalam sambutannya menuturkan serangkaian Santapan Rohani yang digelar Pemkab Trenggalek ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya aparatur di lingkungan Pemkab Trenggalek. Penebalan kualitas keimanan diharapkan oleh Asda I dapat dijadikan bekal oleh para ASN dalam menghadapi tantangan tugas sebagai ASN kedepan yang semakin berat dan penuh tanggungjawab.
Lebih lanjut, Asda I menambahkan bahwa Allah SWT telah menugaskan malaikat-malaikat untuk mencatat semua amal tindakan dan ucapan yang semuanya akan dipertanggungjawabkan oleh umat manusia. Sehingga tidak ada satupun kegiatan kita terlepas dari catatan Allah SWT.
“Dihati kita haruslah tertanam bahwa Allah SWT Maha Tahu, tidak ada satupun yang kita lakukan terlepas dari catatan Allah SWT. Kita berharap seluruh PNS catatan yang dimiliki adalah catatan yang semakin baik. Yang terpenting kita harus selalu ingat kepada Allah,†tutur Asda I.
“Kuncinya yang terpenting kita harus selalu ingat kepada Allah SWT,†imbuhnya.
Sementara itu KH. Ihsan Permadi dalam tausiyahnya menyebutkan ada 4 golongan orang-orang yang di rindukan surga Allah SWT. 4 orang tersebut adalah orang Yang Rajin Membaca Al Qur'an, orang yang selalu menjaga lisannya, orang yang memberi makan orang lain dalam kelaparan, dan yang terakhir orang yang berpuasa di Bulan Suci Ramadhan.
“Semua tidak lain harapannya adalah biar kita nanti di ahirat besok selamat dan bisa masuk surganya Allah SWT. Ini tujuan akhirnya, karena hidup yang sejatinya hidup adalah hidup setelah mati,†tutur KH. Ihsan.
Ditambahkan oleh KH. Ihsan, hakikat dari puasa sebenarnya bukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga. Banyak orang mampu menahan lapar dan dahaga namun tidak kuasa menahan dirinya dari hal yang sia-sia. Ia berpuasa namun lisannya suka berdusta. Ia juga berpuasa namun kedua mata dan telinganya selalu mendengar dan melihat yang diharamkan Allah SWT dan Rasul Nya.
“Maka dibulan Ramadhan ini kita tidak hanya diperintah untuk hanya menahan tidak makan dan tidak minum, tetapi juga menahan diri untuk tidak berkata yang tidak baik, ini juga harus kita tahan,†imbuhnya. (Dinas Kominfo Kab. Trenggalek)